Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit saat mengunjungi beberapa sekolah SMA dan SMK di Kepulauan Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai, Selasa (2/6).

Mentawai, -- Pemerintah Provinsi Sumatera Barat saat ini mulai mempersiapkan segala sesuatu pelaksanaan perubahan tatanan kehidupan baru produktifitas aman covid (new normal) yang bakal diterapkan pemerintah pusat disegala sektor, termasuk sektor pendidikan.

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit saat mengunjungi beberapa sekolah SMA dan SMK di kepulauan Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai, Selasa (2/6).

Wagub Sumbar mengatakan,  keadaan pendidikan di Siberut Selatan masih sangat jauh dari harapan yang ditargetkan oleh Pemprov Sumbar dalam upaya mencerdaskan anak-anak bangsa yang berintelektual dan bermartabat.

"Dalam pandemi Covid-19 sudah hampir tiga bulan semua siswa belum diizinkan untuk masuk sekolah. Semua siswa dianjurkan untuk belajar melalui sistem daring. Tentunya sangat miris bagi di daerah pedalaman dan kepulauan. Tadi kita sudah rapat dengan para guru dan kepala sekolah disini. Kendalanya memang daerah sini tidak memiliki jaringan internet. Kita harus carikan solusinya segera agar cepat berkembang," kata Nasrul Abit.

Nasrul Abit ungkapkan, bahkan, tidak semua guru dan siswa memiliki ponsel pintar dan tersentuh jaringan internet, khususnya yang berada di desa terpencil kepulauan. Tentunya membuat kegiatan belajar mengajar dari rumah tak bisa dijalankan secara efektif.

"Setelah dilakukan evaluasi metode pembelajaran daring di Siberut hanya ada 10 persen, berarti ini belum optimal dan tidak efesien," katanya.

Menurut Nasrul Abit, keterbatasan teknologi dan akses internet menjadi masalah utama. Siswa tidak mengetahui tugas yang diberikan para guru.

Terkait permasalahan tersebut Kepala SMAN 1 Siberut Selatan Kristin Filiana Br. Maringga, S.Pd,  mengungkapkan sejak adanya wabah virus Corona melanda, pemkab Mentawai meliburkan semua siswa. 

"Kami sangat khawatir, kalau terlalu lama libur bisa-bisa anak-anak didik kita akan bodoh, ditambah kendalanya siswa disini tidak bisa melakukan pendidikan melalui daring karena daerah sini tidak mencukupi jaringan internet. Tidak semua murid memiliki HP," jelas Kristin.

Kristin juga sampaikan, sementara untuk aset komputer di SMAN 1 Siberut termasuk cukup, hanya tidak dilengkapi jaringan Wifi. Ia juga berharap pemprov Sumbar bisa memfasilitas hal tersebut untuk kemajuan pendidikan di Mentawai.

"Kami berharap pemprov Sumbar bisa memperhatikan kebutuhan pendidikan disini termasuk bantuan dana transportasi bagi guru yang tergolong mahal," ungkapnya.

Sementara di Kepala SMKN 2 Siberut Selatan Amati Telaumbanua  menyampaikan kepada Pemprov Sumbar, tak hanya kelengkapan sarana dan prasarana, tapi akses jalan menuju ke sekolah yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua yang memiliki tanjakan yang tinggi juga jadi persoalan.

"Jalan yang  kecil hanya bisa kendaraan roda dua lewat sini. Kalau bisa jalan ini diperlebar dan bisa dilalui oleh kendaraan roda empat," katanya.

Keterbatasan fasilitas internet di SMKN 2 Siberut Selatan ini membuat para siswa berbondong-bondong untuk pulang kampung. Sebab pada umumnya di daerah Siberut SMA dan SMK adalah pelajar yang datang dari pulau-pulau kecil yang tidak memiliki setara dengan SMA dan SMK.

Terkendala Internet, Belajar Sistem Daring di Siberut Hanya Bisa 10 Persen

Rabu, 03 Juni 2020 : 16.08
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit saat mengunjungi beberapa sekolah SMA dan SMK di Kepulauan Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai, Selasa (2/6).

Mentawai, -- Pemerintah Provinsi Sumatera Barat saat ini mulai mempersiapkan segala sesuatu pelaksanaan perubahan tatanan kehidupan baru produktifitas aman covid (new normal) yang bakal diterapkan pemerintah pusat disegala sektor, termasuk sektor pendidikan.

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit saat mengunjungi beberapa sekolah SMA dan SMK di kepulauan Siberut Kabupaten Kepulauan Mentawai, Selasa (2/6).

Wagub Sumbar mengatakan,  keadaan pendidikan di Siberut Selatan masih sangat jauh dari harapan yang ditargetkan oleh Pemprov Sumbar dalam upaya mencerdaskan anak-anak bangsa yang berintelektual dan bermartabat.

"Dalam pandemi Covid-19 sudah hampir tiga bulan semua siswa belum diizinkan untuk masuk sekolah. Semua siswa dianjurkan untuk belajar melalui sistem daring. Tentunya sangat miris bagi di daerah pedalaman dan kepulauan. Tadi kita sudah rapat dengan para guru dan kepala sekolah disini. Kendalanya memang daerah sini tidak memiliki jaringan internet. Kita harus carikan solusinya segera agar cepat berkembang," kata Nasrul Abit.

Nasrul Abit ungkapkan, bahkan, tidak semua guru dan siswa memiliki ponsel pintar dan tersentuh jaringan internet, khususnya yang berada di desa terpencil kepulauan. Tentunya membuat kegiatan belajar mengajar dari rumah tak bisa dijalankan secara efektif.

"Setelah dilakukan evaluasi metode pembelajaran daring di Siberut hanya ada 10 persen, berarti ini belum optimal dan tidak efesien," katanya.

Menurut Nasrul Abit, keterbatasan teknologi dan akses internet menjadi masalah utama. Siswa tidak mengetahui tugas yang diberikan para guru.

Terkait permasalahan tersebut Kepala SMAN 1 Siberut Selatan Kristin Filiana Br. Maringga, S.Pd,  mengungkapkan sejak adanya wabah virus Corona melanda, pemkab Mentawai meliburkan semua siswa. 

"Kami sangat khawatir, kalau terlalu lama libur bisa-bisa anak-anak didik kita akan bodoh, ditambah kendalanya siswa disini tidak bisa melakukan pendidikan melalui daring karena daerah sini tidak mencukupi jaringan internet. Tidak semua murid memiliki HP," jelas Kristin.

Kristin juga sampaikan, sementara untuk aset komputer di SMAN 1 Siberut termasuk cukup, hanya tidak dilengkapi jaringan Wifi. Ia juga berharap pemprov Sumbar bisa memfasilitas hal tersebut untuk kemajuan pendidikan di Mentawai.

"Kami berharap pemprov Sumbar bisa memperhatikan kebutuhan pendidikan disini termasuk bantuan dana transportasi bagi guru yang tergolong mahal," ungkapnya.

Sementara di Kepala SMKN 2 Siberut Selatan Amati Telaumbanua  menyampaikan kepada Pemprov Sumbar, tak hanya kelengkapan sarana dan prasarana, tapi akses jalan menuju ke sekolah yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua yang memiliki tanjakan yang tinggi juga jadi persoalan.

"Jalan yang  kecil hanya bisa kendaraan roda dua lewat sini. Kalau bisa jalan ini diperlebar dan bisa dilalui oleh kendaraan roda empat," katanya.

Keterbatasan fasilitas internet di SMKN 2 Siberut Selatan ini membuat para siswa berbondong-bondong untuk pulang kampung. Sebab pada umumnya di daerah Siberut SMA dan SMK adalah pelajar yang datang dari pulau-pulau kecil yang tidak memiliki setara dengan SMA dan SMK.

Silahkan Dibagikan