Ekspor Manggis Sumbar Meningkat Dua Kali Lipat, Nilai Ekonomi Capai Rp 21,4 M - Sumbar19.com | Mewartakan Dari Penjuru 19 Daerah
arrow_upward

Ekspor Manggis Sumbar Meningkat Dua Kali Lipat, Nilai Ekonomi Capai Rp 21,4 M

Senin, 17 Agustus 2020, 00.18 WIB
Wagub Sumbar Nasrul Abit saat berdiskusi dengan petani manggis Banja Loweh, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota, Minggu (16/8).


Limapuluh Kota--Manggis salah satu komunitas unggulan di Sumbar. Ekspor manggis Sumbar periode Januari hingga Juli 2020 meningkat dua kali lipat. Tercatat sebanyak 143 kali pengiriman dengan total 475,5 ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp 21,4 miliar.

Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit  mengatakan manggis bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Produksi manggis Sumbar tahun 2019 sebanyak 28.833 ton, berada di urutan kedua  setelah Provinsi Jawa Barat dengan jumlah produksi sebanyak 74.975 ton.

Ia mendorong petani manggis di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota agar ke depannya dapat terus meningkatkan produksinya sehingga menembus pasar global.

"Nagari Banja Loweh merupakan produsen utama manggis di Kabupaten Limapuluh Kota. Kita harus tingkatkan lagi untuk menjadi komoditi ekspor manggis yang berkualitas serta budidayanya nomor 1 di Indonesia," kata Nasrul Abit memberi semangat pada petani manggis, Minggu (16/8).

Berdasarkan data statistik pada tahun 2019 jumlah produksi manggis di di Kabupaten Limapuluh Kota adalah sebanyak 10.498 ton, Kecamatan Bukik Barisan memberikan kontribusi sebanyak 61,40 persen tepatnya 6.446,20 ton manggis dihasilkan di Kecamatan tersebut.

"Manggis dari Kabupaten Limapuluh Kota tidak hanya memasok kebutuhan pasar lokal, tetapi telah menembus pasar ekspor," katanya.

Ia menyampaikan tercatat negara Republik Rakyat Tiongkok menjadi pengimpor tetap manggis Kabupaten Limapuluh Kota. Ini disebabkan, kualitas manggis Kabupaten Limapuluh Kota dinilai baik dan sesuai dengan kebutuhan di Tiongkok.

"Manggis di sini sebelumnya hanya dikonsumsi di tingkat lokal, nah sekarang manggisnya untuk dikembangkan lebih luas, untuk memenuhi kebutuhan pasar global dan tentu harganya lebih mahal," katanya.

Ia menyampaikan, saat ini untuk pengekspor manggis sudah ada, namun produksi manggis belum mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan, karena butuh jumlah banyak untuk mengekspor manggis serta kualitas yang bagus.

"Untuk itu para petani, terus jaga kualitas manggis teruslah semangat dalam meningkatkan produksinya, sebab manggis ini banyak diminati oleh negara lainnya," katanya.

Selain itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumbar Syafrizal menyebutkan perkebunan Kabupaten Limapuluh Kota telah menerbitkan 48 register lahan usaha manggis di Nagari Banja Loweh,Kecamatan Bukik Barisan.

"Kabupaten Lima Puluh Kota telah menjadi sentra berkumpulnya pedagang manggis skala kecil hingga besar. Bahkan, para eksportir juga banyak yang langsung membeli manggis dari Nagari Banja Loweh untuk kemudian diekspor langsung ke beberapa negara tujuan," katanya.

Rata-rata umur tanaman yang telah banyak berproduksi di Nagari Banja Loweh adalah 25 tahun dengan potensi hasil 100 kg per batang per tahun, pada awal kwartal pertama tahun 2020 ini jumlah produksi manggis di Nagari Banja Loweh sekitar 630 ton dengan nilai total penjualan sekitar Rp 10 miliar.

"Karena dampak Covid-19 harga jual rata-rata di tingkat petani turun dibandingkan tahun lalu. Sekarang Rp 15.000 per kilogram, sebulannya rata-rata Rp 25.000 per kilogramnya," katanya.


Ia menyampaikan para petani manggis Banja Loweh sudah bekerjasama dengan eksportir diantaranya adalah PT. Eshfar Buah Segar, PT. Bumi Alam Sumatera dan PT. Nusantara Segar Global.

"Ratu Kamang menjadi varietas yang dikembangkan. Varietas unggul nasional ini telah berkembang luas di Sumbar. Hampir seluruh manggis berkualitas baik yang diproduksi di Kabupaten Limapuluh Kota menjadi komoditas ekspor," katanya.

Ia menyampaikan, periode Januari sampai dengan Juli 2020 ekspor buah manggis asal Sumbar meningkat dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019. Tercatat sebanyak 143 kali pengiriman dengan total 475,5 ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp 21,4 miliar.

"Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019 hanya sebanyak 240,9 ton senilai Rp 10,8 miliar saja dengan wilayah tujuan ekspor Cina, Malaysia dan Singapura," katanya. (bs)